April 11, 2009

BAHASA POHON SELAMATKAN BUMI

Buku Pilihan
Judul : BAHASA POHON SELAMATKAN BUMI
Pengarang: Nirwoyo Joga, Yori Antar
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Komentar:
“… itu menyebabkan saya berpikir: bahkan di sekitar pohon-pohon, ada benturan-benturan kepentingan. Yang disebut sebagai Lingkungan, yang selama ini terdengar semata-mata sebagai pengertian ilmiah dan teknis, pada akhirnya mempunyai dimensi politik. Dihadapan kenyataan itu, di hari-hari ketika kita makin sadar apa artinya oksigen, air, serangga, dan burung-burung bagi kelanjutan hidup kita. Kita mau tidak mau perlu memikirkan sebuah gerakan yang militan dan efektif untuk pohon-pohon. Apa yang mangimbau niat baik untuk bekerja mengubah dunia bagi kebaikan sesama – yang dahulu sangat kuat dalam sosialisme – kini tengah menemukan motivasinya yang baru. Yang serakah, yang berkata bahwa pada akhirnya manusia adalah untuk diri sendiri, harus ditumbangkan. Bagi saya Merah dewasa ini berarti Hijau.
__ Goenawan Mohamad __

Resensi :
Fenomena pemanasan buana dan degradasi kualitas lingkungan ternyata tidak kuasa menahan laju pembangunan pusat-pusat pembelanjaan dan pemukiman baru. Kebangkitan kesadaran dan tindakan bersama akan keberlanjutan kehidupan umat manusia telah dimulai. Kota merupakan ekosistem artifisial yang diciptakan demi kelangsungan hidup komunitas urban. Kota sebagai pusat peradaban kehidupan dan kebudayaan manusia terus berbenah diri menuju kota ramah lingkungan yang berkelanjutan (ecocity, green city).

Oranye adalah warna peralihan dari kuning ke merah atau sebaliknya. Begitulah gambaran nasib kota Jakarta yang kini berada pada situasi yang mengkhawartirkan menuju bunuh diri ekologis dan bunuh diri perkotaan. Degradasi kualitas lingkungan telah membawa Jakarta dilanda bencana banjir, kebakaran di perkampungan padat , kemacetan lalu-lintas dan peningkatan pencemaran udara, penurunan tanah, intrusi air laut dan krisis air bersih, semua datang silih berganti tiada henti.

Pohon melambangkan kehidupan yang tumbuh kembang dari benih, bibit, pohon kecil hingga besar dan akhinya tumbang atau lapuk mati dimakan usia. Dengan memahami bahasa pohon, kita mendapat bimbingan untuk mampu menyelamatkan bumi dengan arif bijaksana dalam setiap tindakan kita. Lalu apa yang dapat kita lakukan? Umbar gagasan pemikiran dalam buku ini setidaknya dapat menginspirasi kita semua untuk berpikir global tetapi bertindak lokal yang membumi demi keberlanjutan hidup umat manusia.

Semangat desain buku ini yang dirayakan warna oranye karya perancang grafis Enrico Soekarno mengajak semua pembaca menemukan kegembiraan dalam menikmati buku ini. Penajaman isi tulisan divisualisasikan dengan elok dalam serangkaian foto-foto indah karya Yori Antar. Pesona arsitektur dan lanskap kota yang dihadirkan dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan jujur, jelas , dan berkelas memberi bobot kualitas buku ini.

Tentang Penulis :
Nirwoyo Joga, Dengan latar belakang pendidikan Arsitektur Lanskap di Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia (1993) dan Royal Melbourne, Australia (1996), pendiri dan penggiat kelompok Studi Arsitektur Lanskap Indonesia (IALI), anggota Tim Asesor Badan Sertifikasi Keahlian Arsitektur Lanskap (BSAL), pengajar tetap Pelatihan Manajer Pertamanan Kota (Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi, Departemen Pekerjaan Umum), anggota Dewan Penasehat dan Komisi Teknis Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), ia aktif menulis masalah perkotaan dan lingkungan hidup di media massa nasional, dan menjadi pembicara di forum internasional (American Society of Landscape Architects).
Karya bukunya yang sudah dipublikasikan adalah Museum Taman Prasasti: Metamorfosis Kerkhof Laan menjadi Museum (2005) dan Komedi Lenong: Satire Ruang Terbuka Hijau (2007).
Yori Antar, Dengan latar belakang pendidikan Arsitektur di Universitas Indonesia (1989), Yori Antar telah menempatkan diri sebagai salah satu artsitek garda depan dan fotografer professional terkemuka di Indonesia (Fotografer lepas untuk The Aga Khan Award for Architecture sejak 1991), pendiri dan penggiat Arsitek Muda Indonesia (AMI), anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), pemerhati masalah arsitektur dan perkotaan, penerima penghargaan berbagai karya arsitektur nasional (IAI Award) dan internasional (Unesco).
Karya bukunya yang sudah dipublikasikan adalah East Meet West (2004), Tibet di Otak(2005), Indonesian Institute of Architects Award: The Long Road Toward Recognition (2005), dan Komedi Lenong: Satire Ruang Terbuka Hijau (2007).


Reading to improve the quality of life