October 27, 2010

Just Like Butterflies

Jerih payah Claudia menelurkan novel Just Like Butterflies ini tidak akan ia masukkan ke kantong pribadinya, melainkan disumbang ke panti asuhan Inna Maria Theresia di Ambon.

Meski baru berusia 17 tahun, Claudia Natasia, siswi kelas XI Sekolah Pelita Harapan (SPH), sudah berani meluncurkan novel berbahasa Inggris. Bahkan, uang hasil penjualan novel yang nilainya jutaan rupiah itu akan dia sumbangkan ke sebuah panti asuhan di Ambon.
Diluncurkan Jumat (1/10/2010) ini di Time, Kampus Universitas Pelita Harapan (UPH), novel berbahasa Inggris berjudul Just Like Butterflies tersebut dibuat oleh Claudia saat masih duduk di bangku kelas X tahun lalu. Claudia menulis novel tersebut selama enam bulan.
"Waktu itu semua murid kelas X diminta oleh sekolah untuk membuat sebuah proyek dari ide masing-masing. Karena aku hobi menulis, aku coba membuat kumpulan tulisan dan jadilah novel ini," ujar siswi kelahiran Jakarta, 6 Agustus 1993, ini saat dijumpai Kompas.com awal bulan lalu di Jakarta.
Claudia mengungkapkan, pemilihan bahasa Inggris untuk novel pertamanya ini karena ia mengaku lebih lancar menulis dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. "Karena dari TK sudah diajarkan bahasa Inggris dan aku membiasakan diri menulis dengan bahasa Inggris," ujarnya.
Pengagum novelis Khaled Hosselini dan Jane Austen ini menuturkan, hobi menulisnya sejak kecil memang sudah terlihat meskipun dia belum sepenuhnya percaya diri bisa menulis. Ia mengaku lebih banyak menulis untuk konsumsi sendiri atau di majalah dinding ketika menginjak bangku sekolah lanjutan. Sampai akhirnya, meruyaknya fenomena blogging menjadi momentum Claudia untuk mempertajam hobi tersebut di internet.

Ulat ke kupu-kupu
Membuat novel, kata Claudia, bukan tanpa disertai maksud, apalagi jika dikaitkan dengan judulnya, Just Like Butterflies. Ia mengatakan, pemilihan judul itu disertai keinginan Claudia untuk membuat semua orang sadar bahwa setiap orang bisa berubah dengan kemampuan yang dimilikinya.
"Aku pikir siapa pun bisa berubah dalam hidupnya, seperti karakter tokoh utama novelku ini, yang dari tidak percaya diri menjadi percaya diri untuk berubah. Ibarat dari ulat menjadi kupu-kupu yang cantik," ucap editor koran sekolah Voices ini.
Falsafah tersebut, kata Claudia, termasuk juga untuk dirinya sendiri. Dari awalnya hanya menulis untuk diri sendiri, kini ia percaya diri bisa berbagi untuk orang lain. Bahkan, kata dia, dari menulis pun ia percaya diri bisa menjadi apa saja, semau dirinya.
"Aku bisa jadi apa saja dengan menulis. Tantangannya cuma satu, moody," ujarnya, sambil tertawa.

Ambon
Berbagi untuk orang lain pun menjadi tujuan akhir Claudia meluncurkan novel perdananya yang dicetak oleh PT Grasindo ini. Jerih payahnya menelurkan Just Like Butterflies ini, baik waktu, tenaga, maupun uang, tidak akan ia masukkan ke kantong pribadinya.
"Aku menyumbangkan semua hasil penjualannya ke panti asuhan Inna Maria Theresia di Ambon. Semuanya," kata Claudia.
Claudia menuturkan, novel cetakan pertama yang berjumlah 1.500 buku tersebut diperkirakan mencapai Rp 48 juta. Uang itulah yang akan ia sumbangkan langsung ke Ambon.
"Sejak kecil aku suka ke panti jompo di Islamic Village di Karawaci dan aku senang membawa makanan atau bernyanyi untuk orangtua-orangtua jompo di situ. Jadi, supaya adil, aku sekarang pilih yayasan yang di Ambon yang sebetulnya juga masih kekurangan," tutur Claudia.
"Aku punya talenta karena berkah oleh Tuhan. Karena itu, aku ingin membagi hasil talentaku ini untuk sesama kita yang tidak mampu. Semoga itu bisa membantu," ujarnya.

Reading to improve the quality of life

No comments:

Post a Comment