July 24, 2012

Chairul Tanjung : Si Anak Singkong


Buku yang luar biasa yang sejak di luncurkan Tgl 1 Juli 2012 di Gramedia Manado langsung bertengger di urutan pertama TOP 10 Buku Laris Minggu Ini hingga sekarang secara berturut-turut dan di prediksi akan terus berlanjut di minggu-minggu yang akan datang.


Buku ini sangat menginspirasi bagaimana seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja mampu menjadi orang yang sukses luarbiasa dan menjadi orang terkaya bahkan diprediksi menjadi RI-1.



Harga buku ini Rp 58 ribu per eksemplar.

Isi Buku
Buku yang ditulis Tjahja Gunawan Diredja yang juga wartawan Harian Kompas ini berisi cerita yang tentang masa-masa susah hingga kabar senang dari sosok Chairul.
Buku ini terdiri 384 halaman. Juga dilengkapi sejumlah foto yang mengisahkan berbagai aktivitas bisnis dan maupun kegiatan sosial CT. Nama Chairul Tanjung alias CT kini tak disangsikan lagi kepopulerannya di Indonesia. Dalam usia 50 tahun, Chairul telah berhasil menjadi tokoh sukses di bidang bisnis properti, perbankan, asuransi, perhotelan, pasar modal, dan media massa. Total asetnya pun kini bernilai triliunan rupiah.
Majalah Forbes, sebuah majalah bisnis dan finansial Amerika Serikat yang didirikan pada 1917 oleh BC Forbes, pada Maret 2012 mengeluarkan daftar 1.226 orang terkaya di dunia. Sebanyak 17 di antaranya adalah orang Indonesia. Nah, nama Chairul termasuk di antara 17 nama itu. Tepatnya pada urutan 634 orang terkaya di dunia.
Kekayaan pribadi Chairul disebut mencapai dua miliar dolar AS atau setara Rp 18 triliun (kurs: 1 dolar AS = Rp 9.000).
                          
Padahal, Chairul bukan berasal dari keluarga anak konglomerat. Juga bukan anak jenderal. Bos CT Corp (Chairul Tanjung Corpora) yang menaungi puluhan perusahaan ini mengaku sebagai anak dari keluarga sederhana. Ayahnya, AG Tanjung adalah wartawan sekaligus pengelola surat kabar beroplah kecil sejak Orde Lama. Namun saat Orde Baru berkuasa, surat kabar yang dikelola ayahnya itu kemudian dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Kondisi ini membuat orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal.
Masa kecil Chairul dilewati di Gang Abu, Batutulis, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Katanya, pada tahun 1970-an, merupakan satu di antara kawasan terkumuh di Jakarta. Jalanan tanah, becek, dan banjir kala hujan. Semua rumah di kawasan ini merupakan rumah petak kecil, beratap pendek, dinding tambal sulam, dan tak ada bangunan bertingkat.
Kondisi keuangan keluarga orangtua Chairul pun saat itu terbatas. Ibu Chairul sampai harus menggadaikan kain halus miliknya untuk membiayai kuliah pertama Chairul di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI). Namun sadar dengan keterbatasan keuangan orangtuanya, Chairul tumbuh menjadi anak yang kreatif, pekerja keras, dan mandiri sejak muda. Kini ia pun menuai hasilnya.

Masa Mahasiswa
Sejak kuliah di FKG UI, Chairul pun harus mencari sendiri uang agar bisa membiayai kebutuhan kuliahnya. Di awali dengan membuka usaha fotokopi di kampusnya. Lalu masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi untuk memenuhi kebutuhan rekan-rekannya.
Sembari menjalankan bisnis di kampus, CT juga aktif dalam urusan gerakan kemahasiswan. Buktinya ia sempat dipercaya sebagai Ketua Ex-Officio Dewan Mahasiswa UI. Lalu pada 1984, ia terpilih menjadi Koordinator Mahasiswa se-Jakarta. Pada tahun yang sama, ia juga terpilih sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional.
Saat mahasiswa, ia dan rekannya terlibat dalam gerakan menolak militerisme masuk UI dengan menggelar mogok kuliah. Tak hanya menggembok, tapi juga mengelas pintu masuk fakultas. Pasalnya, saat itu terdengar isu bahwa Mayjen TNI Nugroho Notosusanto akan diangkat Rektor UI menggantikan Prof Dr Mahar Mardjono.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor.  Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya pun semakin berkembang. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.
Di bidang bisnis bidang penyiaran dan multimedia, ia telah memiliki Trans TV. Lalu membeli TV7 dan mengubah namanya menjadi Trans7. Lalu membuat Trans Studio. Satu di antaranya adalah Trans Studio Mall yang ada di Makassar. Pada 1 Desember 2011, Chairul meresmikan perubahan nama Para Grup menjadi CT Corp. CT adalah singkatan dari namanya.

Reading to improve the quality of life

No comments:

Post a Comment